Di sekitar Pulau Mursala juga terdapat beberap pulau-pulau kecil lain yang juga mempesona di antaranya:
  • Pulau Puti Pulau Silabu Na Godang
  • Pulau Kalimantung Na Menek
  • Pulau Jambe dan masih banyak pulau yang lainnya.
Pulau-pulau tersebut juga memiliki keindahan yang tak kalah dari Pulau Mursala yang menyatu dengan pantai pasir putih yang menyatu antara Pulau Silabu Na Godang dengan Pulau Kalimantung Na Menek, serta perairan dangkal dengan aneka terumbu karang dan ikan hias yang indah di sekitar Pulau Jambe. Air terjun Pulau Mursala tersebut rasanya tawar... ada yang misterius soal asal mula sumber air terjun ini. Adapun mitos sebagian besar warga setempat menduga, sumber air terjun tersebut berasal dari Danau Toba, yang mengalir lewat bawah tanah.

Konon kata warga sekitar, terkadang ditemukan jerami di aliran air terjun saat musim panen padi di kawasan danau Toba. Tapi ada juga yang menyebut airnya berasal dari sebuah sungai yang membelah Pulau Mursala. kita pun tidak tau keapsahanya? Belum ada penelitian yang membuktikannya.

Adapun keunikan lain yang dimiliki air terjun pulau mursala ini adalah bahwa air terjun ini berasal dari aliran sungai terpendek didunia. yang memiliki lebar ± 400 meter dengan panjang hanya sekitar ± 700 meter. Apakah mungkin pulau ini memiliki mata air yang begitu besar di pinggir laut? Air terjun ini memiliki ketinggian ± 35 meter dan airnya ini langsung jatuh dari tebing pulau ke permukaan laut. Ketinggianya, sekitar ± 100 meter dari air laut dan di sekitar air terjun rasanya tawar. Percampuran ini menghasilkan terumbu karang yang unik dan indah.

Putri Runduk
Kisah tentang ‘Putri Runduk’ sangat dikenal oleh masyarakat di sepanjang pesisir barat Sumatera Utara, dengan versi derita masing-masing masyarakatnya. Dari dari setiap sisi cerita yang sedikit berbeda ini, cerita Putri Runduk tidak kalah menarik dengan cerita lain yang ada di bagian lain tanah air kita. Sebuah cerita rakyat biasanya dituturkan oleh para orang tua kepada anak dan cucu mereka. legenda, sejarah dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman, cerita itu terwarisi oleh setiap generasi - generasi berikutnya.

... Siapakah sesungguhnya sosok Putri Runduk ... ??

Konon menurut cerita, Putri Runduk adalah permaisuri Raja Jayadana yang memiliki kekuasaan memerintah Kota Kerajaan Barus Raya, sebuah kerajaan Islam di wilayah Sumatera Utara pada sekitaran abad ke-7 M. Dengan parasnya yang sangat cantik, Putri Runduk dikagumi oleh Raja Mataram Sanjaya dan Raja Janggi bahkan sampai dari Sudan(India). Karena sang putri menolak di jodohkan, Dia pun melarikan diri ke Pulau Mursala yang sudah porak poranda akibat diserang dan dikuasai oleh Raja Sanjaya, yang kemudian direbut oleh Raha Janggi.

Bahkan ada juga masyarakat yang mengatakan bahwa Putri Runduk adalah Putri Raja Barus yang sangat Cantik yang dibuang ke salah satu pulau dekat kerajaan barus bersama hulu balangnya (para pengawal) karena melanggar tradisi atau adat. Ada juga versi cerita yang berbeda. Konon ketika kerajaan mongol mengirimkan utusannya kepada kerajaan - kerajaan di jawa yaitu mojopahit,dengan membawa banyak pasukan agar kerajaan mojopahit bersedia tunduk kepada kerajaan mongol. Para utusan dan pasukan kerajaan mongol singgah dikerajaan barus yang merupakan kota niaga,lalu salah satu jendral mongol menyukai putri runduk yang merupakan putri kejaan barus,tetapi putri runduk tidak bersedia untuk dinikahi.sehingga putri runduk melarikan diri ke pulau mursala,mendengar keberadaan putri runduk yang telah melarikan diri dengan menaiki sampan(kapal kecil)pasukan mongol berserta jendralnya mencoba mengejarnya, tetapi sayang mereka kehilangan jejak putri runduk sehingga mereka(para pasukan mongol) sampai ke pulau nias, sebagian dari mereka menetap dan mempunyai keturunan disana dan sebagian lagi pulang kemongol.

Sampai saat ini banyak masyarakat yang sangat meyakini cerita tersebut karna dapat dilihat dari suku dan ras nias sangat berbeda jauh dengan suku - suku batak yg ada di SUMUT. Raut wajah suku nias tidak berbeda jauh dengan raut wajah bangsa mongol. Keterangan ini dikuatkan dengan informasi para pelaut yang sering melihat keberadaan dua orang wanita yang mana salah satunya memakai pakai merah dan sering memanggil kapal - kapal yang melintasi pulau mursala yang mereka yakini itu adalah PUTRI RUNDUK.

Ditinjau dari sejarah yang memiliki referensi tertulis mengenai Putri Runduk tidak banyak. Namun para penulis banyak mengutip tulisan dari tulisan HA Hamid Panggabean, Drs H Afif Lumban tobing dan kawan - kawan. Di dalam sebuah buku yang berjudul "Bunga Rampai Tapian Nauli" terbitan tahun 1995 dari halaman 211–213.

 
... disebutkan ...
..."Sekitar abad ke-7 di kota Kerajaan Barus Raya, yang memiliki pemerintahan kerajaan yang memerintah adalah seorang raja yang cukup ternama yaitu Raja Jayadana (tidak disebutkan keturunan dari mana ataupun berasal dari negeri mana) namanya. Wilayah kerajaan ini membawahi daerah yang sudah memasuki era keislam, yang disebutkan adalah Kota Guguk dan Koota Beriang, di dekat Kade Gadang (Barus) sekarang ini. Pada masa itu Barus telah menjadi bandar niaga rempah dan kapur Barus yang terkenal itu. Layaknya seorang Raja, maka Raja Jayadana beristerikan (permaisuri, ratu) yang bernama Putri Runduk (tidak tertulis asal dari mana dan keturunan dari siapa). “Kecantikan sang permaisuri sampai ke luar wilayah kerajaan. Dan Barus sebagai bandar niaga antar wilayah dan kerajaan, ikut menyebarluaskan perihal kecantikan luar biasa dari sang ratu, Putri Runduk!” tulis HA Hamid Panggabean, Drs H Afif Lumbantobing dan kawan - kawan dalam sebuah buku yang berjudul bunga rampai tapian nauli yang mereka tulis mereka.

Disebutkan juga ada beberapa raja di luar wilayah Barus, akhirnya berspekulasi merebut Putri Runduk dari kerajaan Jayadana. Tercatat Raja Janggi dari Sudan-Afrika, dan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram. Bahkan seorang Raja dari Cina datang melamar dengan baik-baik. Selanjutnya ditulis juga bahwa Raja Janggi dan Raja Sanjaya ingin menguasai Barus sebagai bandar perdagangan dunia pada masa itu. Melalui peperangan sekaligus mereka ingin memiliki sang ratu Putri Runduk. dan pada akhirnya Raja Sanjaya berhasil menewaskan Raja Jayadana dan isterinya, Putri Runduk ditawan karena menolak lamaran Raja Sanjaya. Masalahnya Raja Sanjaya beragama Hindu, sedangkan sang putri beragama Islam. Simaklah pantun berikut ini:

kota guguk, kota beriang dan ke tiga kota di muara ayam berkokok hari siang putri runduk ditawan jawa Ternyata, inilah kesempatan yang dinanti oleh Raja Janggi. Mengetahui Putri Runduk telah ditawan oleh Raja Sanjaya. Raja Janggi dan pasukannya menyerang Raja Sanjaya dan pertempuran kembali terjadi di Barus, dan Kota Guguk pusat kerajaan Jayadana hancur porak poranda. Raja Janggi berhasil mempecundangi Raja Sanjaya. Sekelompok pengawal setia dari sisa kerajaan Jayadana menyelamatkan ratu mereka Putri Runduk ke Pulau Morsala.

Dalam pelarian inilah, disebutkan banyak yang berceceran peralatan dan perbekalan yang dibawa oleh rombongan Putri Runduk. Lalu terdampar putri runduk di pulau-pulau kecil sekitar pulau Mursala. Lalu dinamailah pulau-pulau tersebut sesuai barang yang terdampar di situ. Seperti:

  • Pulau Situngkus
  • Pulau Lipek Kain, Pulau Tarika
  • Pulau Puteri
  • Pulau Janggi dan lain - lain.
Raja Janggi sampai juga di Pulau Morsala, Ketika hendak menangkap Putri Runduk sang putri memukulkan tongkat akar bahar ke kepala Raja Janggi (tidak  dengan jelas ditulis bahwa, apakah Raja Janggi tewas atau ikut terjun ke laut mengejar Putri Runduk yang terlebih dulu terjun ke laut karena putus asa). Apakah itu benar atau tidak, tetapi dari kejadian itulah oleh masyarakat dikaitkan dengan salah satu dari pantun pesisir sebagai berkut:
      pulo puti pulo panginang
      ka tigo pulo anak janggi
      lapik putih bantal bamiang
      racun bamain dalam ati
Setelah peristiwa tragis tersebut, disebutkanlah seorang pembantu Putri Runduk yang tugasnya mengurusi rumah tangga kerajaan dan seorang pemuda anak nelayan miskin bernama ”Sikambang Bandahari". Pemuda ini meratap dan menyesali diri, karena tidak mampu untuk membela dan menyelamatkan Putri Runduk. Ia juga meratapi majikannya yang bunuh diri terjun ke laut. menyesali raja-raja zalim dan kerajaan yang telah hancur. Dari ratapan sedih Sikambang itulah yang akhirnya menjadi ”ratapan legendaris”. yang hari ini kita kenal sebagai lagu ..."Sikambang"...
Versi sejarah kisah Putri Runduk, yang di kutip dari buku Sejarah "Masuknya Islam ke Bandar Barus Sumatera Utara".
Sebuah tulisan Dada Meuraxa (1973)
Sub Judul Legenda Abad Ke-7 Tentang "PUTRI RUNDUK DI PANTAI FANSUR ” (Hal.29)
                                                                ”PUTRI RUNDUK RATU JAYADANA”      (Hal.31)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Pesona Sumatera Utara © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger Shared by Themes24x7
Top